Bayangkan seperti apa jadinya jika riset sejarah tentang Indonesia tak terkendala oleh bahasa, biaya perjalanan, dan izin visa; melainkan bisa berpijak sepenuhnya pada jaringan internet yang kuat, perangkat lunak terjemahan bahasa Belanda-Indonesia yang memadai, serta akses menyeluruh dan cepat ke berbagai sumber sejarah bersama.
Stef Scagliola, peneliti di KITLV, menulis sebuah blog tentang lokakarya daring yang diselenggarakannya pada tanggal 1 Juli lalu yang melibatkan 25 peneliti dan mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lokakarya ini merupakan bagian dari program penelitian Kemerdekaan, dekolonisasi, kekerasan, dan perang di Indonesia 1945-1950 dan membahas memoar yang ditulis oleh para anggota militer Belanda.